Panin Proteksi Terjamin
Jaga Masa Depan dengan Satu Langkah Cerdas
Obes yang tidak aktif bergerak juga secara tidak langsung berisiko terkena kanker. Namun, kanker masih bisa dicegah dengan mengubah kebiasaan berbekal motivasi yang kuat. Grace Judio-Kahl, dokter pemerhati gaya hidup serta ahli fisiologi, mengatakan, ada penelitian yang menunjukkan kebiasaan tidak banyak bergerak ada kaitannya dengan kanker usus besar. Namun, memang belum ada penjelasan mengenai seperti apa hubungan antara kanker dengan sedentary. "Sesuatu tersebut disalahkan penyebab kanker dilihat dari data, dari kebiasaan dan beberapa kasus yang tinggi. Data dari orang yang sudah terkena kanker lalu dilihat bagaimana gaya hidupnya," ungkap Grace saat dihubungi Kompas Health, Sabtu (8/2/2014).
Menurut Grace, 60 persen orang yang menjalani gaya hidup sedentary terkena kanker usus besar. Sementara itu, penderita obesitas dengan pola makan buruk dan tidak aktif bergerak cenderung terkena kanker tertentu seperti prostat, usus, payudara, dan uterus. "Yang harus disalahkan obesitasnya. Lemak mengeluarkan protein yang memicu berbagai penyakit. Kelebihan makanan yang ditimbun dalam perut, kalau sel lemaknya sakit, bisa mengeluarkan berbagai penyakit," terang behaviour scientist dan weight control consultant ini.
Pencegahan
Hidup aktif menjadi cara yang umumnya disarankan untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit termasuk kanker. Namun, menurut Grace, hidup aktif harus disertai motivasi ekstra. "Meskipun disarankan gaya hidup aktif, kalau tidak termotivasi, tidak punya tujuan besar, gaya hidup aktif akan sementara saja," tuturnya. Motivasi kuat menjadi langkah awalnya diikuti aktivitas fisik dan olahraga yang konsisten.
Cara paling mudah yang bisa dilakukan pelaku gaya hidup sedentaryadalah sesering mungkin melakukan aktivitas fisik sederhana. Paling gampang, jangan duduk lebih dari 30 menit. "Kalau sudah 30 menit duduk, berdiri lima menit," saran Grace.
Cara sederhana lainnya, lanjut Grace, pilih naik tangga di kantor ketimbang naik lift. Saat ada keperluan dengan rekan kerja di kantor, temui langsung dengan berjalan kaki bukan mengirim pesan singkat. Kalau bisa mengerjakan berbagai hal sendiri, jangan menyuruh orang lain, agar lebih aktif bergerak. Akan lebih baik jika bisa meluangkan waktu berolahraga 20 menit, dua hingga tiga kali seminggu.
Sementara untuk penderita obesitas, disarankan banyak bergerak dan olahraga dengan frekuensi dan intensitas lebih tinggi. "Sasarannya adalah menjadi tidak obes, mengimbangi kalori masuk dan kalori keluar. Jadi sebanyak mungkin harus bergerak," ungkap Grace.
Untuk pola olahraga, penderita obesitas sebaiknya melakukan kardio 1-2 jam. Ditambah latihan resistansi atau latihan beban untuk meningkatkan massa otot sehingga metabolisme meningkat dan kalori mudah terbakar.